Minggu, 08 Juli 2012

makalah makul Islam dan Budaya Jawa




Interelasi islam di Jawa
(Bidang Politik)

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah:  Islam dan Budaya Jawa
Dosen pengampu: Drs. H. Anasom. M. Hum







Disusun oleh:
Lilik nur istiadi                         111211037


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011







I.PENDAHULUAN

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.Pada makalah ini akan dibahas mengenai Budaya politik islam.


II.PERMASALAHAN
A. Budaya Politik Islam
B. Bukti sejarah
C. Proses masuknya islam di jawa pada bidang politik
III. PEMBAHASAN
A. Budaya politik Islam
   Politik dalam islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syariat Allah melalui system kenegaraan dan pemerintahan. Ia bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang-undang. Dalam dunia peradaban muslimin, dengan sejarahnya yang panjnag Dan mengharu biru, politik sesungguhnya diberi posisi yang agung: as-siyasa juz’un ajzai-syariah (politik adalah bagian dari sendi-sendi keagamaan). Politik dianggap mulia manakala seseorang atau kelompok memiliki tujuan/pertaruhan yang melampaui pribadinya. Tujuan yang terkait dengan penjagaan manusia dan alam disekelilingnya. Politik yang santun dan tahu mana batas antara kepentingan pribadi dan orang banyak. Menurut Abu Hapsin.P. Hd, bangkitnya pemimpin yang etnoreligious masih sering muncul. Contohnya tuntutan “putra daerah”, yang terkadang sampai pada tuntutan mendirikan Negara sendiri yang berbasiskan agama juga selalu muncul dengan agenda menggantikan ideologi pancasila dengan agama, baik secara terselubung maupun teranng-terangan. Dan menurut Wicaksono, dari sisi etika politik sebaiknya diberi rambu-rambu, ini dimaksud agar pertarungan terjadi tanpa pertumpahan darah dan tangisan kehilangan. Masing-masing peradaban memiliki akar sejarah dan tokoh intelektualnya. Masing-masing lebih sama: bagaimana membuat politik yang “menghalalkan segala cara” berubah menjadi “ lebih santun dan bermakna”. Semua peradaban mempunyai kiat-kiat tersendiri. Contoh:
  • Kholifah
Kholifah berarti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia bermaksud dengan kedudukan manusia diatas muka bumi hanyalah sebagai wakil Allah. Ini juga bermaksud bahwa diatas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka manusia dikehendaki melaksanakan undang-undang Allah dalam batas-batas yang ditetapkan. Diatas landasan ini manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah kholifah.atau wakil Allah yang menjadi pemilik sebenarnya.1[1]
B. Bukti Sejarah
            Seluruh pendapat para orientalis pada pembahasan di atas diperkuat ole bukti fakta-fakta sejarah. Di antara fakta sejarah yang tidak dapat diingkari oleh siapapun adalah setelah timbulnya dakwah islaml kemudian terbentuk masyarakat baru yang mempunyai identitas independent yang membedakan dari masyarakat lain. Mengkui satu undang-undang, menjalankan kehidupannya sesuai dengan system yang satu,menuju kepada tujuan-tujuan yang sama,dan diantara individu-individu masyarakat yang baru itu terdapat ikatan ras,bahasa,dan agama yang kuat,serta adanya persaan solidaritas secara umum. Bangunan masyarakat yang memiliki semua unsur-unsur tadi itulah yang dinamakan sebagai bangunan masyarakat politik, atau yang dinamakan sebagai Negara. Tentang Negara,tidak ada suatu definisi tertentu, selain adanya fakta terkumpulnya karakteristi-karakteristik yang telah disebutkan tadi dalam suatu bangunan masyarakat.
            Dengan demikian, Negara islam terlahirkan dalam keadaan yang sangat jeli dan pembentukannya terjadi dalam tatapan sejarah riil. Karena tidak ada satu tindakan sebagai tindakan politik atau kenegaraan, kecualidilakukan oleh Negara islam yang baru tumbuh ini,seperti: penyiapan perangkat untuk mewujudkan keadilan,penyusunan kekuatan pertahanan, pengadaan pendidikan,pengikatan perjanjian, atau pengiriman utusan-utusan keluar negeri. Dari fakta-fakta tadi telah kami sebutkan terbentuk bukti sejarah yang menurut kami bisa kami gunakn sebagai bukti atas sifat politik.[2]


C. Proses masuknya islam di jawa pada bidang politik
Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, dan berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu kerajaan Demak, islam semakin kuat meluaskan pengaruhnya di pulau Jawa. Pendidikan islam semakin maju dan cukup pantai pesisir pulau Jawa. Di Bintoro (1476M) dibentuk organisasi Bayankare islah untuk mempergiat usaha pendidikan dan pengajaran islam. Adanya kebijaksanaan para raja islam, seperti kebijaksanaan kebudayaan yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu yang disesuaikan dengan kebudayaan islam seperti Gerebeg Poso dan Gerebeg Mulud mecipta.
Situasi politik di kerajaan-kerajaan hindu mengalami kekacauan dan kelemahan akibat perebutan kekuasaan, maka islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan yang menghendaki kekuasaan tersebut. Oleh karena itu perkembangan islam dapat menggeser pengaruh hindu di Jawa. Proses ini dipercepat oleh kelemahan-kelemaahan yang di alami kerajaan Majapahit. Selain itu adanya perbutan kekuasaan di kalangan keluarga raja-raja hindu turut mempercepat tumbuhnya pengaruh Islam di Jawa. Ketika Majapahit berkuasa, islam telah ada dan berasimilasi dengan masyarakat Hindu pada saat itu. Sehingga dalam proses tebentuknya islam di Jawa tidak dengan muntlak langsung menjadi kekuasaan yang besar. Karena jauh sebelum islam kuat, di Jawa sendiri sudah ada masyarakat islam, terutama di Jawa Timur. Laksono (1985 : 18), menduga bahwa ada proses berpikir orang Jawa yang bertentangan dengan proses berpikir sistem kasta, sehingga sistem itu tidak bisa tumbuh di Jawa. Hal ini sebagai akibat kebiasaan orang Jawa menyaring unsur budaya asing yang masuk. Hal ini sangat berbeda dengan kedatangan islam, islam oleh masyarakat Jawa mudah diterima karena di dalam islam tidak ada istilah sistem kasta. Di sisi lain, penyebaran islam dilakukan secara damai, maksudnya islam tidak memaksakan masyarakat untuk memeluk islam. Kepemimpinan dengan cara demokrasi yaitu mengambil keputusan dengan musyawarah mufakat, secara aktif memberi saran dan petunjuk kepada anak buahnya.Hal inilah yang dilakukan oleh para pembesar islam dalam menjalankan politik pemerintahannya. Menurut orang Jawa sikap tunduk yang benar pada seorang raja bukan karena kalah perang atau takut, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadilan dan kebiasaan seorang raja.[3]



IV. KESIMPULAN
            Interelasi antara islam dan buday di jawa pada bidang politik telah banyak di pengaruhi oleh kerajaan, Pada intinya proses masuknya islam di jawa itu tidak begitu sulit/  mudah,dikarenakan karakteristik atau sifat orang jawa itu mudah menarima ajaran-ajaran yang dibawa oleh para ulama’.


V. PENUTUP

Demikianlah makalah ini yang dapat penulis sampaikan. Semoga apa yang telah penulis lakukan ini nantinya akan menjadi sebuah amal ibadah. Amien. Penulis menyadari bahwasannya dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya



































DAFTAR PUSTAKA

Dhiauddin Rais.M, Teori politik islam, Jakarta: Gema insani,2001
http://dloen.malhikdua.com/2011/11/09/450/ yang diunduh pada hari Senin 9 november 2011


[2] M. Dhiuddin Rais,Teori politik islam, Jakarta,Gema insane;2011 hal.6
[3] http://dloen.malhikdua.com/2011/03/30/interelasi-budaya-jawa-dan-islam-dalam-politik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar