Senin, 09 Juli 2012

Laporan mini Research


M. CHANIF MIFTAHUDIN
(PRESENTER CAKRA TV)
Laporan Mini Research
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi
Dosen pengampu: Dra. Hj Ibu Misbah Zulfa Elisabeth, M.Hum



                                                                            


Disusun oleh:
1.)    Lilik Nur Istiadi (111211037)
2.)    Maeroni                       (111211039)
3.)    Lailatus Syarifah           (111211074)
4.)    M. Khoirul anam          (111211046)
5.)    Rizka malvina              (111211058)



FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012


I.    PENDAHULUAN
Menurut perkembangan sejarah, antropologi mengalami perkembangan dari satu episode aliran ke aliran lain atau dari satu perspektif ke persepektif lainya. Sejarah pekembangan ilmu pengetahuan selalu tidak berangkat dari ranah kosong, tetapi kelanjutan dari perkembangan sebelumnya, apakah dalam bentuknya melanjutkan tradisi yang sudah ada merevisi pandangan yang berkembang atau bakan menolak dan menemukan sesuatuyang baru. Antropologi sebagai suatu bidang atau disiplin didalam ilmu sosial lainnya bahkan ilmu-ilmu alam.

Dalam persepektif aliran antropologi yang tertua ini, kebudayaan adalah sebagai sistem yang berupa gagasan, kelakuan, dan asil kelakuan yang mencakup tiga hal, yaitu kebudayaan sebagai sistem gagasan, kebudayaan sebagai sistem kelakuan. Dalam kata yang sederhana, dapat dinyatakan bahwa kebudayaan ialah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan bisa mengalami perubahansecara lambat tetapi pasti atau yang dikonsepsikan sebagai perubahan evulosioner. Di dalam sebagai penilitan yang menggunakan studi perbandingan sinkronik ataupundiakronik diperoleh gambaran bahwa kebudayaan itu mengalami perubahan evilisioner. Dan dari kebudayaan primitif kebudayaan modern. Percampuran budaya itu kemudian memengaruhi berbagai subsistem kebudayaan, baik yang menyangkut sistem ekonomi, religi, sosial, pengatahuan, kesenian maupun sistem teknologinya. Perubahan kebudayaan tersebut terkait dengan proses masuknya berbagai macam kebudayaan dari tempat, suku, dan ras lain atau juga karena proses sosial yang terus berubah
Perubahan kebudayaan tersebut terkait dengan proses masuknya berbagai macam kebudayaan dari tempat, suku, dan ras lain atau juga karena proses sosial yang terus berubah
Perubahan kebudayaan tersebut terkait dengan proses masuknya berbagai macam kebudayaan dari tempat, suku, dan ras lain atau juga karena proses sosial yang terus berubah
Perubahan kebudayaan tersebut terkait dengan proses masuknya berbagai macam kebudayaan dari tempat, suku, dan ras lain atau juga karena proses sosial yang terus berubah.
Sedangkan pemakalah sendiri memiliki tanggapan terhadap itu semua, bahwa setiap detik masyarakat tidak lepas dari berita. Kehidupan orang premitif  di samudra pasifik tadi mengabarkan memang berita begitu sangat berharga. Apalagi mengingat berita itu bisa disetting dengan sebaik mungkin. untuk itu profesi presenter sangat dibutuhkan dimana saja, sehingga presenter harus dilindungi pagar api,antara bisnis dan berita. Indepedensi masyarakat presenter harus netral memang benar apa adanya. Pertentangan saat ini lebih dramatis, untuk pertama kalinya dalam sejarah kita, berita kian banyak di produksi oleh  perusahaan non jurnalisme, dan yang baru ini sangatlah penting. Presenter menghadapi kemungkinan bahwa berita yang independen akan tergantikan oleh komersialisme untuk kepentingan diri sendiri. Maka presenter di harapkan tidak melihat dari nilai-nilai materi saja tetapi membantu masyarakat dalam menciptakan tuntutan bagi jurnalisme untuk memegang prinsip-prinsip yang saat pertama kali di digungkan telah melahirkan kebebasan pers.[1]
M. Chanif Miftahudin lahir di Temanggung pada tanggal 10 september 1987. Dia menempuh pendidikan dasarnya pada tahun 1993 di SD Menggoro 1 Temanggung, lalu melanjutkan pendidikannya di SMP N 1 Tempuran (2000) dan SMA N 3 Magelang pada tahun 2003. Setelah itu dia meneruskan pendidikannya di IAIN Walisongo Semarang jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), mas Chacha lulus pada tahun 2010 dengan IP 3,91 yang pada waktu itu merupakan wisuda terbaik dan yang pertama kali skripsinya menggunakan bahasa Inggris. Kini dia bekerja di Sultan Agung, menjadi guru di IKIP, bimbel, dinas di RSI UNISULA dan menjadi presenter di Semarang TV.

II. LATAR BELAKANG
M. Chanif Miftahudin lahir di Temanggung 10 September 1987, keluarganya merupakan golongan menengah. Dia memulai pendidikannya di SD Menggoro 1 Temanggung, Setelah lulus dari sekolah dasar dia melanjutkan ke SMP N 1 Tempuran Magelang, Selang beberapa waktu setelah lulus dari smp itu, dia masuk ke SMA N 3 Magelang, yang merupakan SMA favorit di kota Magelang waktu itu, Selanjutnya dia melanjutkan di IAIN Walisongo Semarang. Selama menempuh pendidikan dia juga belajar di Pesantren. Mas Chacha memilih melanjutkan di IAIN karena dia tertarik dengan jurusan KPI yang sesuai dengan keinginannya.
Awalnya dia kecewa karena mata kuliah yang disampaikan tidak sesuai dengan bayangannya, sebelum masuk, yang ada dibenaknya mas Chacha bahwa di KPI itu akan diajari tentang Ilmu Komunikasi, tetapi setelah masuk ternyata yang dipelajari adalah bagaimana kita berkomunikasi, meskipun begitu setelah penjurusan kekecewaan dia terhapus oleh konsentrasi yang diambilnya. karena konsentrasi yang diambil adalah penyiaran yang sesuai dengan hobbinya.
Berawal dari hobbi itulah membuat semangat mas Chacha kembali bangkit, mas Chacha mulai membuat target untuk bisa lulus dalam waktu 4 tahun. Diapun melakukan KKL, PPL dan KKN secara bersamaan untuk mencapai targetnya itu. Bahkan dia menjadi penanggung jawab di Tim KKNnya, padahal waktu itu dia harus menyelesaikan beberapa mata kuliahnya sedangkan KKNnya berada di Wonosobo, perjuan dia untuk mencapai tarjet lulus dalam waktu 4 tahun tidak pupus sampai disini. Dia relakan pagi-pagi buta berangkat dari Wonosobe ke IAIN untuk mengejar mata kuliah jam pertamnya, perjuangan itupun tidak sia-sia, dia berhasil mengikuti jam pertama dengan tepat waktu bahkan dosen yang mengampu mata kuliah itu bahwa dia berangkat dari Wonosobo dan sedang melakukan KKN.
Allah selalu memberikan jalan bagi hambanya, itu lah kata yang pas untuk mas Chacha karena dia tidak perlu susah-suhan mencari tempat PPL, dengan hanya melamar sekali di Hot Fm menjadi penyiar radio, dia langsung diterima di sana. Bahkan kepala radionya mengijinkan beliau untuk tidak full time di sana, untuk pengambilan nilai KKLpun dipermudah oleh pemilik radio tersebut. Itu karena pemilik Radio sudah meliahat skill mas Chacha yang menonjol dari pada anak-anak yang pernah KKL di radio itu.
Alhamdhulillah semangat dan perjuangan mas Chacha membawa dia mencapai targetnya. Keseriusan dalam belajar mas Chacha pun mendapat hadiah terindah di akhir perjuangannya di IAIN Walisongo, yaitu dia mendapatkan IP terbaik seinstintut bahkan dia mencapai rekor di fakultas dakwah, karena dia menggunakan bahasa inggris dalam menyusun semua skripsinya.
Setelah lulus dari IAIN Walisongo, mas Chacha langsung di tawari bekerja di Cakra tv, yaitu menjadi presenter di sana. Awalnya mas Chacah ragu untuk menerima tawaran itu, namun dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, “bisa aja besok tidak akan datang kesempatan ini lagi” pikirnya. 
III. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI PRESENTER
Awalnya mas Chacha menggeluti dunia presenter itu karena hobi, sebelum cita-cita menjadi presenter itu tercapai dia ragu apakah dia bisa dan yakin, kalau dia bisa menjadi seorang presenter yang handal seperti sekarang ini. Mas Chacha pesimis dengan kondisi dan situasi yang dihadapinya mengingat dan melihat bahwa seorang presenter itu harus tampan, cerdas, bodinya proporsional, perfek, mas Chacha itu ragu akan semua itu, setelah sekian lama digelutinya ternyata presenter itu tidak mengandalkan itu semua. Akan tetapi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang presenter itu adalah skillnya.
Meskipun keluarga besarnya tidak mendukung bahkan melarang profesinya itu, mas Chacha tetap berusaha keras untuk menjelaskan kepada keluarganya bahwa pekerjaan yang dijalani itu tidak seburuk dengan apa yang mereka pikirkan. Karena menurut pemikiran keluarga besarnya seorang presenter itu hanya menyampaikan berita gossip-gosip yang menurut keluarganya tidak baik, untuk itu dia berusaha menjelaskan dan membuktikan bahwa apa yang ada di pikiran keluaga besarnya itu tidak benar.
Dia berusaha keras mempertahankan pekerjaannya, seiring berjalannya waktu keluarga besarnya bisa menerima pekerjaannya mas Chacha itu, mengapa mas Chacha berjuang keras mempertahankan pekerjaannya itu??? Karena dia menyukai dengan pekerjaan presenter itu. Akhirnaya pekerjaan itu membawa berkah baginya.
Keahlian mas Chacha di ketahui oleh banyak teman-temannya, karena itu ada teman yang mengajak dia untuk ikut bergabung menjadi pendambing pasien di RSI UNISULA Semarang, awalnya dia tidak begitu tertarik dengan ajakan temannya itu tetapi karena jadwal hariannya pada waktu itu hanya siaran dan mengajar jadi masih banyak waktu luang yang belum terisi, “siapa tahu bisa menambah aktifitas” piker mas Chacha. Seleksi pegawai dRS ini menelan waktu sampai 6 bulan dengan 6 tahap seleksi,  dari tes tertulis, psiko tes, ketramilan, wawancara dari 14 orang dan yang diambil hanya 4, presentasi dari 4 orang yang diambil 2, terahir tes kesehatan. Presentasi itu dilakukan di hadapan semua direksi dan manager, yang dipresentasikan adalah rencana program pengembangan. Dan yang di ambil cuma 2 orang, yaitu mas Chacha dan rekannya yang lulusan dari mesir. Nilai tambahan mas Chacha adalah bahasa pengantar waktu presentasinya, yaitu bahasa inggris dan kemampuan broadcastingnya. Aktifitas mas Chacha saat ini di RSI Tidak jauh dari penggunaan bahasa inggris dan kemampuannya di dunia broadcasting.
Tidak hanya itu, dia juga harus membagi waktu untuk menjalankan semua aktifitasnya, meskipun kini dia sudah menjadi pendamping pasien di RSI UNISULA, mas Chacha tetap menggunakan waktu senggangnya untuk menjadi presenter.
Dinamika Presenter
Jadwal kegiatan mas Chacha begitu padat setiap harinya, bila mendapat jam masuk pagi di RSI UNISULA, dia di sana dari pagi sampai pukul dua siang, setelah itu mengajar di IKIP dari pukul 14.40 sampai pukul 18.00, setelah pulang ke rumah, mas Chacha langsung mengurusi bimbel di tempat tinggalnya sampai pukul sembilan malam. Di waktu luangnya mas Chacha gunakan untuk mengambil jadwal siaran di Semarang tv, jadi hamper setiap hari dia mengambil jadwal siaran, mungkin saat ini 2-4 hari mas Chacha mengambil jadwal itu. 

Hambatan-Hambatan apa yang dihadapi selama menjadi Presenter:
1. Jarak (Rumah dan studio) Jarak yang jauh membuat mas chaca harus, menyediakan waktu banyak untuk aktivitas yang satu ini. Pertama, sebelum On air harus sudah ada di studio minimal 1/2 jam. Jarak  tempuh ku 45 menit tanpa macet. siaran yang hanya 30-60 menit, harus setidaknya menyediakan waktu:2x 45 menit (PP) + 30 menit preparen naskah dll + 15 menit make up + oN AIR 30Menit
2. Dengan waktu yang begitu banyak (Meskipun Part time), mengakibatkan aktivitas lain sedikit keteteran,mengingat tenaga manusia berbanding terbalik dengan robot. Rasa capek dan lelah, kadang sudah bikin males beraktivitas lagi.
3. Hambatan lain adalah "MOOD". tampil di televisi harus bisa mengkondisikan mood dengan baik. Kelemahan mas chaca adalah kadang serangan BAD MOOD mengacaukan siaran. (Kumatkumatan)
4.TIMING On AIR. Bayangin aja: siaran pagi On air jam 07.00-08.00.... berangkat dari rumah setengah 6 lewat. siaran siang, on air 30 menit dari jam 11.30... Berangkatnya pas panas panasnya semarang. (Repot lagi kalau hari Jumat)
siaran malam: on air jam 18.30... berangkat menjelang maghrib nabrak magrib. (Repot kalau pas puasa) tapi dari hambatan hambatan itu... akan terasa nikmat manakala kita SENANG dan MENYENANGI Aktivitas Kepenyiaran.

Presenter adalah pihak utama dalam preses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya suatu acara dalam televise. Untuk itu, seorang presenter harus terempil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas, supaya penonton bisa tertarik bahkan kebawa dalam pesan yang dia sampaikan. Presenter tidak perlu cantik ataupun tampan, yang di perlukan adalah skil dalam berbicara, seperti Tukul Arwana, bisa di lihat dari pembawaan acara yang berhasil dia hendel, dia juga menjadi presenter sukses honor terbesar nomer satu di Indonesia .
Untuk menjadi presenter yang sukses, ada beberapa factor yang mempengaruhinya. Diantaranya:
·        Pribadi
Seorang pakar komunikasi pernah menganjurkan bahwa jika orang ingin menjadi orang besar, ia harus berusaha mengurangi sikap malu dan berani untuk tampil.
·        Kepercayaan (credibility)
Seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki presenter sehingga diterima atau diikuti oleh khayalak (penonton), menurut Aristoteles kepercayaan ini bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos, dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas perlu memiliki pengetahuan yang dalam, pengalaman yang luas, sikap yang jujur dan bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan system budaya dan social.
·        Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi, jadi seorang komunikator yang memiliki fisik menarik dan penampilan yang menarik lebih memikat penonton.
·        Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki.
Meski kekuatan tidak selamanya menjadi prasyarat bagi seorang komunikator yang ingin sukses, tapi minimal ia harus memiliki kredibilitas dan daya tarik. Kemampuan untuk menumbuhkan kredibilitas dan daya tarik sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk berempaty (memproyeksikan dirinya ke dalam diri orang lain).
·        Faktor lain yang mempengaruhi adalah homophily, yakni adanya kesamaan yang dimiliki oleh seorang komunikator dengan khayalaknya. Misalnya dalam hal bahasa, pendidikan, agama, usia, dan jenis kelamin.[2]
Begitu juga mas Chacha, dalam pembawaan acara beritanya dia tidak perlu mengikuti pelatihan khusus ataupun yang lainnya, dia mengembangkan sendiri bakatnya dengan pengalamannya dulu di IAIN Walisongo tepatnya di Leb Dakwah dan siaran di Hot Fm. Keramahan, banyaknya ilmu, dan pengalaman  membuat mas Chacha sukses dalam menempuh karirnya di Semarang tv.
IV. KESIMPULAN
Ketika ingin menjadi seorang presenter, itu tidak mudah juga tidak sulit karena dibutuhkan skill yang lebih. Diantaranya adalah kredibilitas, daya tarik, kepercayaan diri, dan homophily, yang masing-masing bisa dibagun oleh setiap orang.
V. PENUTUP
Demikian makalah dari kelompok kami yang sudah disampaikan, semoga apa yang telah kita bahas bersama pada makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan orang lain, kami menyadari bahwasannya makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami selaku pembuat meminta saran dan kritik dari pembaca untuk kesempurnaan makalah kami.








DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi,. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010
Syam Nur, Madzhab-madzhab Antropologi, Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2007



[1] Dr. Nur Syam, Madzhab-madzhab Antropologi, Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2007, hlm. 6
[2] Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010, hlm. 85-96

Tidak ada komentar:

Posting Komentar